Maaf kalau judulnya agak "lebay", tapi sedikit aja.
Disini saya akan membahas, beberapa proyek sebelumnya yang akhirnya hanya menjadi wacana saja tanpa ada realisasinya (mirip dengan kasusnya anggota DPR kita yang terhormat).
Pertama, dimulai dengan Gainclone BPA-200
menggunakan 2 biji LM3886 secara Parallel (Inverting mode-nyontek desain Jeff Rowland LM3886) yang kemudian di Bridge.
Sunday, December 18, 2011
Saturday, December 17, 2011
Headamp (DAO) Bagian 1
Setelah lagi-lagi menggangu bro Robby, pesanan saya akhirnya datang. Beberapa butir komponen kecil, berkaki tiga dan pendek pula. Ya ini LU1014D Power JFET, memang ini barang lawas dan telah di-discontinue. Tidak ada salahnya untuk mengoleksinya kan :).
Saturday, December 10, 2011
DX Amp family
Carlos Mergulhao (mudah-mudahan saya tidak salah mengetikkan namanya) adalah designer dari amplifier ini, orangnya teramat-sangat ramah (paling ramah menurut saya, hingga saat ini). Mungkin sudah lebih dari ratusan kali saya surel beliau dan semua dibalas tanpa terkecuali, dan uniknya banyak balasan yang berupa suara/voice
Ok langsung aja, DX Amp (kadang disebut DX Vanilla, DX Classic, dll). Komponen termasuk minim dan semua tersedia secara lokal terutama transistor menggunakan BC546, BD139, BD140, 2SC5200, dan 2SA1943. Uniknya pada output tidak terdapat "ballast resistor" yang umum ditemui pada desain serupa.
Ok langsung aja, DX Amp (kadang disebut DX Vanilla, DX Classic, dll). Komponen termasuk minim dan semua tersedia secara lokal terutama transistor menggunakan BC546, BD139, BD140, 2SC5200, dan 2SA1943. Uniknya pada output tidak terdapat "ballast resistor" yang umum ditemui pada desain serupa.
Tuesday, December 6, 2011
Gainclone LM1875
Boleh dibilang Gainclone sangat populer di kalangan DIYer, hanya membutuhkan beberapa biji resistor, kapasitor, dan ic-nya sendiri tentunya. Bahkan dengan point-to-point pun bisa dengan mudah dilakukan. IC yang umum dipakai biasanya LM3886, 3875, dan 1875. Akan tetapi untuk kali ini saya menjatuhkan pilihan kepada LM1875.
IC ini dapat menghasilkan daya 25Watt pada beban 8 Ohm, saya rasa sudah lebih dari cukup untuk normal listening di dalam kamar. Harganya-pun cukup bersahabat berkisar 15-20rb/pcsnya.
Mulai dari pemilihan skema dan layout, untuk skema saya menggunakan referensi datasheet itu sendiri dengan meniadakan Input caps dan kali ini saya akan menggunakan regulated supply. Menggunakan LT1085/LT1033 (dengan kemampuan menyuplai arus sebesar 3A). Diode menggunakan FEP16DT/FEN16DT yang saya pikir lebih ekonomis, yap hanya membutuhkan 1 pasang (monggo dilihat di datasheet untuk konfigurasi diode tipe ini). Dari sisi regulator juga sama, menggunakan skema referensi dari datasheet regulator tersebut.
IC ini dapat menghasilkan daya 25Watt pada beban 8 Ohm, saya rasa sudah lebih dari cukup untuk normal listening di dalam kamar. Harganya-pun cukup bersahabat berkisar 15-20rb/pcsnya.
Mulai dari pemilihan skema dan layout, untuk skema saya menggunakan referensi datasheet itu sendiri dengan meniadakan Input caps dan kali ini saya akan menggunakan regulated supply. Menggunakan LT1085/LT1033 (dengan kemampuan menyuplai arus sebesar 3A). Diode menggunakan FEP16DT/FEN16DT yang saya pikir lebih ekonomis, yap hanya membutuhkan 1 pasang (monggo dilihat di datasheet untuk konfigurasi diode tipe ini). Dari sisi regulator juga sama, menggunakan skema referensi dari datasheet regulator tersebut.
Monday, December 5, 2011
Audio DAC (PCM1704)
Ok, kali ini saya akan sedikit membahas tentang DAC (Digital to Analog Converter). Ada banyak sekali tipe DAC yang umum dijumpai, mulai yang sangat populer (NOS based) misal TDA1541/1543 (Philips) dan AD1865 (Analog Devices), yang agak populer (OS Based) macam PCM63/ PCM1704/ PCM1794 (Burr-Brown / Texas Instrument); AKM4393/ AKM4396 (Asahi Kasei Microdevices); CS4397 (Cirrus Logic); ES9018 (ESS) dll.
Sebenarnya saya sendiri benar-benar blank untuk pengetahuan tentang DAC dan cara kerjanya, namun karena dihinggapi rasa penasaran (lha selama ini cuma ngutek-ngutek amplifier dan sayangnya tetap tidak mudeng) saya memberanikan diri untuk mencoba. Saya menjatuhkan pilihan pada PCM1704 dengan alasan yang simpel yakni Nelson Pass :), yap saya fans berat beliau. Nelson Pass pernah merilis DAC dengan nama D-1 (yang versi awalnya menggunakan PCM63 dan kemudian kemudian PCM1704 pada versi selanjutnya sebelum akhirnya dihentikan).
Tuesday, November 29, 2011
F5 Amplifier with Toshiba 2SJ313 2SK2013 (Bagian 2)
Lanjut
Setelah bersusah payah menentukan layout yang tepat, langsung diboyong ke bakul PCB. 4 hari kemudian dan beginilah hasilnya.
setelah di-mount ke heatsink
pemasangan pada chassis
Untuk sektor power supply, saya menggunakan 56 pcs Panasonic FM 2700uF/25V dan 48 Dale Resistor 2R7/0,5Watt. Diode menggunakan MUR1560.
Setelah bersusah payah menentukan layout yang tepat, langsung diboyong ke bakul PCB. 4 hari kemudian dan beginilah hasilnya.
setelah di-mount ke heatsink
Untuk sektor power supply, saya menggunakan 56 pcs Panasonic FM 2700uF/25V dan 48 Dale Resistor 2R7/0,5Watt. Diode menggunakan MUR1560.
Monday, November 28, 2011
DC B1 Buffer (MEZMERIZE / HYPNOTIZE) Bagian 2
Lanjut Ya
Komponen utama dari B1 Buffer itu sendiri hanya 4 pcs 2SK170 (Toshiba) disarankan Idss antara 7-8mA, ditambah beberapa resistor aja. Ya B1 Buffer ini sangat simpel, justru yang "lebih ruwet" adalah Salas Shunt Reg akan tetapi inilah "bumbu rahasianya". Jangan khawatir karena komponen yang digunakan masih masuk dalam kategori "umum" alias mudah didapatkan, mungkin hanya JFETnya yang lebih membutuhkan usaha untuk mendapatkannya karena cukup jarang yang menjual komponen ini (bahkan di Genteng sekalipun setau saya hanya 1 toko yang menjualnnya dengan harga yang lumayan mahal). Opsi terbaiknya yaitu membeli online, harga yang ditawarkan cukup masuk akal, dengan sekitar US$ 36 anda bisa mendapakan 100pcs. saya merekomendasikan Spencer (fetaudio.com) atau Zhoufang (monggo dilihat pada Vendors Bazaar diyaudio.com).
Kita mulai dari Skema, untuk versi terbaru menggunakan 220R sebagai gate stopper dan 220R pada outputnya. Disini juga terlihat bahwa pada output dihungkan dengan relay yang berfungsi sebagai proteksi, karena berdasarkan hasil pengukuran saya, sesaat setelah dimatikan DC output naik dengan cepat hingga mencapai 5Volt (seingat saya) dan ini berpotensi membahayakan speaker anda terlebih jika amplifier anda tidak memiliki coupling caps.
Versi pertama yang saya buat menggunakan LM317/337 sebagai regulator. Pada versi ini, saya meniadakan Relay dengan alasan utama karena output pada amplifier saya sudah memiliki fitur proteksi ini, saya rasa mubazir jika harus memasang pengaman ganda.
Komponen utama dari B1 Buffer itu sendiri hanya 4 pcs 2SK170 (Toshiba) disarankan Idss antara 7-8mA, ditambah beberapa resistor aja. Ya B1 Buffer ini sangat simpel, justru yang "lebih ruwet" adalah Salas Shunt Reg akan tetapi inilah "bumbu rahasianya". Jangan khawatir karena komponen yang digunakan masih masuk dalam kategori "umum" alias mudah didapatkan, mungkin hanya JFETnya yang lebih membutuhkan usaha untuk mendapatkannya karena cukup jarang yang menjual komponen ini (bahkan di Genteng sekalipun setau saya hanya 1 toko yang menjualnnya dengan harga yang lumayan mahal). Opsi terbaiknya yaitu membeli online, harga yang ditawarkan cukup masuk akal, dengan sekitar US$ 36 anda bisa mendapakan 100pcs. saya merekomendasikan Spencer (fetaudio.com) atau Zhoufang (monggo dilihat pada Vendors Bazaar diyaudio.com).
Kita mulai dari Skema, untuk versi terbaru menggunakan 220R sebagai gate stopper dan 220R pada outputnya. Disini juga terlihat bahwa pada output dihungkan dengan relay yang berfungsi sebagai proteksi, karena berdasarkan hasil pengukuran saya, sesaat setelah dimatikan DC output naik dengan cepat hingga mencapai 5Volt (seingat saya) dan ini berpotensi membahayakan speaker anda terlebih jika amplifier anda tidak memiliki coupling caps.
Skema DC B1 Buffer
Versi pertama yang saya buat menggunakan LM317/337 sebagai regulator. Pada versi ini, saya meniadakan Relay dengan alasan utama karena output pada amplifier saya sudah memiliki fitur proteksi ini, saya rasa mubazir jika harus memasang pengaman ganda.
DC B1 Buffer - Versi Linear Regulator
Sunday, November 27, 2011
F5 Amplifier with Toshiba 2SJ313 2SK2013 (Bagian 1)
Kali ini saya akan membahas tentang amp yang cukup "fenomenal" di diyaudio, bagaimana tidak pada thread asli F5 yang dimula oleh Nelson Pass sudah menghasilkan 11.2XX reply !!! Belum lagi ditambah thread lainnya yang masih membahas hal yang sama (parts, troubleshooting, dll) coba bandingkan misal dengan F4 thread yang "hanya" 3.0XX reply. Mungkin dikarenakan terlalu banyaknya thread, sampai-sampai Zen Mod (salah satu fans PAPA atau Nelson Pass) membuat thread yang kira-kira judulnya seperti ini "BUKAN THREAD F5" :D.
Memang banyaknya reply bukan berarti HEBAT, akan tetapi memang amplifier yang satu ini memiliki daya tarik tersendiri. Bisa jadi karena topologinya, parts yang cukup "murah", mudah di modifikasi atau karena ini memang seri F terakhir yang dirilis oleh Nelson Pass. Belum lagi amp ini dengan "entengnya" nge shoot 200KHz seperti yang ada dalam artikel F5, bahkan sampai-sampai ada yang pernah mencoba modifikasi hingga sanggup 2.1MHz. Mungkin Anda bertanya, buat apa freq setinggi itu ? lha freq audio (CD) umumnya 'hanya' 41KHz dan telinga manusia hanya "sanggup" 20Hz-20KHz.. Akan tetapi hal ini membuktikan kalau amplifier ini memang NEED FOR SPEED :).
Pada artikel ini, saya membahas tentang F5 yang dimodifikasi oleh Juma, yakni menggunakan 2SJ313/2SK2013 buatan Toshiba sebagai Output menggantikan IRFP240/9240 (International Rectifier/Vishay) yang banyak digunakan oleh DIYer ataupun FQA12P20/FQA19N20 (Fairchild) seperti pada F5 yang "asli". Alasan mengapa saya memilih versi ini adalah semata-mata karena saya sudah memiliki MOSFET tersebut
Skema diambil dari diyaudio.rs, dan diposting sendiri oleh Juma. Komponen yang digunakan juga mirip kecuali untuk versi Juma ini menggunakan 3 pasang Output, meng-anulir keberadaan sistem proteksi dan manggunakan supply yang lebih rendah (max. 20Volt).
Memang banyaknya reply bukan berarti HEBAT, akan tetapi memang amplifier yang satu ini memiliki daya tarik tersendiri. Bisa jadi karena topologinya, parts yang cukup "murah", mudah di modifikasi atau karena ini memang seri F terakhir yang dirilis oleh Nelson Pass. Belum lagi amp ini dengan "entengnya" nge shoot 200KHz seperti yang ada dalam artikel F5, bahkan sampai-sampai ada yang pernah mencoba modifikasi hingga sanggup 2.1MHz. Mungkin Anda bertanya, buat apa freq setinggi itu ? lha freq audio (CD) umumnya 'hanya' 41KHz dan telinga manusia hanya "sanggup" 20Hz-20KHz.. Akan tetapi hal ini membuktikan kalau amplifier ini memang NEED FOR SPEED :).
Pada artikel ini, saya membahas tentang F5 yang dimodifikasi oleh Juma, yakni menggunakan 2SJ313/2SK2013 buatan Toshiba sebagai Output menggantikan IRFP240/9240 (International Rectifier/Vishay) yang banyak digunakan oleh DIYer ataupun FQA12P20/FQA19N20 (Fairchild) seperti pada F5 yang "asli". Alasan mengapa saya memilih versi ini adalah semata-mata karena saya sudah memiliki MOSFET tersebut
Skema diambil dari diyaudio.rs, dan diposting sendiri oleh Juma. Komponen yang digunakan juga mirip kecuali untuk versi Juma ini menggunakan 3 pasang Output, meng-anulir keberadaan sistem proteksi dan manggunakan supply yang lebih rendah (max. 20Volt).
DC B1 Buffer (HYPNOTIZE / MEZMERIZE) Bagian 1
Basic dari pre-amp/buffer ini adalah B1 yang dibuat oleh Nelson Pass.
Lanjut ke Bagian 2
Perbedaannya, di Versi ini menggunakan Symmetric Supply sehingga meng-eliminasi keberadaan Input Caps/Output Caps, hal inilah yang membuat namanya menjadi Direct-Coupled B1 Buffer.
Menggunakan Power Supply type SHUNT yang didesain "khusus" oleh Nick Salamouras (Salas). Terdapat dua versi DC B1 Buffer yang dibuat oleh Salas yakni MEZMERIZE dan HYPNOTIZE. Dimana letak perbedaannya hanyalah pada jumlah input serta ketersediaan Pot. sebagai volume control.
Pada versi MEZMERIZE terdapat 6 input yang bisa dipilih melalui selektor plus volume control. Sedang pada versi HYPNOTIZE hanya terdapat 1 input tanpa adanya volume control onboard.
Layout DC B1 Buffer - Mezmerize
Layout DC B1 Buffer - Hypnotize
n.b
Info tidak penting
Sebenarnya saya sendirilah yang mengusulkan nama HYPNOTIZE/MEZMERIZE kepada Salas
alasan utamanya (saya penggemar berat System Of A Down) dan lagipula menurut saya sebaiknya sebuah PCB/layout diberi NAMA agar mempermudah orang untuk mengingatnya.
bayangkan jika Anda harus mengingat nama Basic version B1 maupun Deluxe Version B1 (NG...GAK BANGET !)
Lanjut ke Bagian 2